Arsip Bulanan: Mei 2013

MONITORING PARTIAL DISCHARGE PADA  BUSHING TRANSFORMATOR MENGGUNANKAN METODE

MONITORING PARTIAL DISCHARGE PADA  BUSHING TRANSFORMATOR MENGGUNANKAN METODE DETEKSI KAMERA INFRARED

 

  1. 1.      PENGERTIAN PARTIAL DICCHARGE

Partial discharge (peluahan parsial) merupakan peristiwa terjadinya pelepasan bunga api listrik pada suatu bagian isolasi sebagai akibat adanya perbedaan potensial yang sangat tinggi dalam bahan isolasi tersebut.

Partial discharge akan mengakibatkan kegagalan isolasi yang berujung pada short circuit dan akhirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran dan lainnya.

Secara umum discharge terlihat sebagai pulsa atau signal dengan durasi jauh lebih kecil dari 1μs. Energi yang dibebaskan oleh partial discharge akan menyebabkan penurunan kualitas (degradasi) dari bahan isolasi. Hal ini dapat berakibat terbentuknya lintasan (track) menyerupai pohon yang dapat di sepanjang permukaan atau bahkan menembus bahan isolasi tersebut.

Ketika partial discharge terjadi, akan menghasilkan beberapa gejala timbulnya energi yang dilepaskan, beberapa bentuk dari energi tersebut antara lain :

· Elektromagnet : radio, cahaya dan panas

· Akustik : audio dan ultrasonik

· Gas : ozon dan oksida nitrat

Sistem pengukuran PD non-elektrik

Sistem pengukuran PD non-elektrik mendeteksi sinyal PD menggunakan sifat dan karakteristik dari proses PD yang berdasarkan pada pengukuran :

– Emisi cahaya (metode optik)

– Gelombang akustik (metode akustik)

– PD by product (metode kimiawi)

Metode-metode ini digunakan sebagai pendeteksian terjadinya partial discharge berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh partial discharge itu sendiri seperti gelombang elektromagnet, gelombang akustik, pemanasan lokal dan reaksi kimia.

Mekanisme Partial Discharge menurut Townsend

Discharge diawali dengan adanya elektron awal pada katoda, yang diperkuat  oleh  energi  kinetik  dari  medan  listrik  merambat  menuju  anoda. Jika energi  yang dimiliki cukup tinggi, elektron tersebut menumbuk atom lain  sehingga  terlepas  elektron  atom  tersebut.  Elektron  kedua  ini mengalami  mekanisme  yang  sama  dengan  elektron  sebelumnya  dan berulang-berulang  sehingga  akan  terjadi  banjiran  elektron.  Jika  aliran elektron  sudah mampu  menjembatani  katoda  dan  anoda,  maka  terjadilah partial discharge.

  1. 2.      JENIS PARTIAL DISCHARGE
    1. A.    Partial Discharge Luar

Ionisasi  berupa  tumbukan  dalam  gas  akan  terjadi  jika  tegangan  awal terlampaui  pada  elektroda  yang  runcing.  Dalam  medan  yang  sangat heterogen,  banjiran  elektron  menghasilkan  tegangan  tembus  yang  tidak sempurna,  yang  muncul  kembali  setelah  setiap  setengah  siklus  tegangan bolak balik. Gejala ini disebut sebagai partial discharge luar atau peluahan korona.

Gambar 1.Susunan Partial Discharge Luar

Pada  gambar  diatas  digambarkan  konfigurasi  elektroda  plat  jarum sebagai  suatu  rangkaian  dengan  partial  discharge  luar  dan  rangkaian ekivalen  yang disederhanakan  untuk  partial  discharge  berbentuk  pulsa.

Nilai C1 menyatakan kapasitansi yang berkaitan dengan tembus ruang gas dan  akan  di-discharge  jika  tegangan  nyala  U1  dari  sela  F  tercapai.

Pembawa  muatan  yang  terbentuk  menyebabkan  konduktivitas  tertentu yang  dinyatakan  oleh  R2  dalam  rangkaian  ekivalen.  C2  merupakan kapasitansi paralel yang diinterpretasikan sebagai susunan elektroda.

Gambar 2

Dengan  asumsi  R2>> 1/ωC1, maka arus yang mengalir melalui R2  adalah  I2  =  .  Jika tegangan uji ditulis sebagai u(t) = U  sin  ωt,  maka  tegangan rangkaian  terbuka  pada  C1  pada akhir periode transien adalah u10 =  sin (ωt-π/2). Jika tegangan puncak dari tegangan uji mencapai tegangan  mula  Ûe  =  ωC1R2Uz,  maka  tegangan  nyala  Uz  yang muncul  pada  F  dan  C1  akan  di-discharge  secara  bersamaan.  Dengan meningkatkan tegangan tegangan u(t), maka secara berurutan C1 akan di-charge  kembali  oleh  tegangan  yang  menyerupai  u10  sehingga  Uz  tercapai kembali,  dan  demikian  seterusnya.  Dari  kurva  yang  diperoleh  untuk tegangan U1 tampak bahwa impuls partial discharge terjadi terutama pada puncak  tegangan  uji.  Muatan yang  dikompensasi  dalam  F  pada  setiap discharge adalah  Q = C1Uz =  .

  1. B.     Partial Discharge Dalam

Jika  di  dalam  dielektrik  padat  atau  cairan  dari  suatu  sistem  isolasi terdapat rongga maka kuat medan dalam rongga akan lebih besar daripada suatu  medium  disekelilingnya.  Jika  tegangan  dalam  rongga  melampaui tegangan nyala maka akan terjadi tembus parsial. Terutama pada tegangan bolak-balik  dengan  amplitudo  yang  mencukupi  maka  terjadi  discharge yang  berbentuk  pulsa  di  dalam  rongga.  Dielektrik  disekelilingnya  dapat memburuk dalam jangka panjang akibat partial discharge ini, atau bahkan dengan  kondisi  tertentu  dapat  rusak  oleh  tembus  sempurna  akibat mekanisme erosi.

Gambar 3. Susunan Partial Discharge Dalam

Suatu  susunan  elektroda  dengan  partial  discharge  dalam diinterpretasikan  dengan  sistem  isolasi  dengan  dielektrik  padat  yang mengandung rongga gas. Gambar tersebut juga memperlihatkan rangkaian ekivalen  untuk  partial  discharge  dalam  berbentuk  pulsa.  Nilai  C1 berhubungan  dengan  kapasitansi  rongga  yang  discharge  melalui  F  jika tegangan  Uz  tercapai.  Nilai  C2  berhubungan  dengan  kapasitansi  yang terhubung seri dengan rongga dan C3 menyatakan kapasitansi paralel dari susunan  tersebut.  Untuk  tegangan  uji  sinusoidal  maka  tegangan  pada  C1 dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

u10 = u(t) =   Û sin ωt

Nilai  puncak  dari  tegangan  uji  akan  mencapai  tegangan  awal  Ue ketika  nilai  puncak  dari  tegangan  hubung  terbuka  sama  dengan  Uz. Dengan demikian berlaku persamaan

Ûe =  Uz

Gambar 4

Jika  tegangan  uji  lebih  besar dari  tegangan  awal  maka terjadi  charging  C1  secara berulang.  Tampak  pada gambar tersebut bahwa pulsa-pulsa  peluahan  parsial  terjadi terutama  dalam  daerah perpotongan  tegangan  uji.

Hubungan  fasa  yang  berbeda  dari  partial  discharge  dalam  dan  luar merupakan  karakteristik  pembeda  yang  penting  dari  kedua  gejala  ini.

Muatan  yang dikompensasi pada discharge untuk setiap peluahan sebesar

Q1 = (C1+C2)Uz.

  1. 3.      DETEKSI KAMERA INFRAMERAH

Transformator merupkan peralatan listrik yang bertujuan mentransformasikan tegangan tinggi ke rendah, tegangan rendah ke tinggi. Sehingga dibutuhkan sebuah isolator yang dapat menjaga ke terjadinya kerusakan dan kontak listrik pada sebuah tansformator. Namun, hal ini akan dapat mempengaruh sebuah bahan isolator yang ada pada trnsformato. Karna adanya  partial  discharge  di  dalam  bahan  isolasi  dapat  ditentukan oleh metode sebagai berikut:

  1. Dissolved Gas Analysis (DGA)
  2. Ultrasonic
  3. Deteksi Emisi Akustik
  4. Deteksi Kamera Infrared

Metode-metode  ini  digunakan  sebagai  pendeteksian  terjadinya partial discharge  berdasarkan  akibat  yang  ditimbulkan  oleh  partial discharge  itu  sendiri  seperti  gelombang  elektromagnet,  gelombang akustik, pemanasan lokal dan reaksi kimia

Dari beberapa metode yang telah ditentukan diatas ,kita dapat menggunakan metode Deteksi Kamera Infrared untuk melakuakn monitor partial discharge pada bushing pada sebuah transformator.

Teknologi  kamera  infrared  merupakan  salah  satu  peralatan teknologi  yang  dapat  digunakan  untuk  kegiatan  preventif  pemeliharaan dan  memungkinkan  pengukuran  temperatur  dari  jarak  tertentu  tanpa menyentuh objek yang diukur secara scanning serta mendeteksi perubahan temperatur  hingga  0,10C,  sehingga  mampu  mengkondisikan  bahan  isolasi yang mengalami perubahan. Teknologi ini bekerja dengan cara mengukur pancaran panas suatu bahan.

Semua  benda  yang  memiliki  suhu  diatas  nol  absolute  (00K  atau  -2730C) memancarkan sinar radiasi dalam rentang panjang gelombang sinar infra merah, sehingga metode infrared thermography dengan kemampuan deteksi  perubahan  temperatur  hingga  0,10C  akan  lebih  efisien  dan  efektif dalam  mendeteksi  dan  melokalisasi  daerah  anomali  dengan  cara  melihat langsung  peta  temparatur  yang  diperoleh.  Hal-hal  yang  perlu  untuk diperhatikan  dalam  melaksanakan  pengukuran  dengan  metoda  infrared thermography  antara  lain  obyek  permukaan  sebagai  target,  media transmisi antara obyek target dengan instrumen dan lain sebagainya.

Partial  discharge  yang  merupakan    suatu  bentuk  kegagalan  listrik yang menyebabkan hilangnya tegangan dan mengalirnya arus bocor dalam bahan  isolasi  tersebut  tentunya  menimbulkan  panas  yang  berlebih.  Panas ini  tentunya  dapat  ditangkap  oleh  kamera  infrared  dan  dapat  dilakukan tindakan pencegahan sebelum kegagalan total pada isolasi terjadi.

Pengujian

Salah  satu  cara  termudah  untuk  memantau  unjuk  kerja  suatu peralatan  khususnya  bushing  adalah  dengan  melihat  secara  visual bagaimana  kondisi  temperatur  bushing  tersebut.  Monitoring  dengan memanfaatkan gelombang infra merah  yang dipancarkan oleh panas  yang merupakan  efek  yang  ditimbulkan  oleh  kegiatan  partial  discharge merupakan  salah  satu  cara  yang  dapat  ditempuh  untuk  deteksi  awal terjadinya  kegagalan  isolasi  khususnya  bushing  transformator.  Walaupun panas  yang  terjadi  dapat  berasal  dari  sumber-sumber  lain  selain  partial discharge, tetapi dengan metode ini dapat dilakukan kajian terhadap gejala degradasi  kualitas  isolasi  dan  faktor  pemicu  kerusakan  bushing.

Inframerah  merupakan  metode  yang  mudah  karena  dapat  memberikan gambaran  peralatan  listrik  khususnya  bushing  untuk  dimonitoring  saat kondisi sedang beroperasi.

Prinsip  yang  dimanfaatkan  oleh  metode  deteksi  inframerah  adalah dengan  memanfaatkan  perbedaan  suhu  dari  bagian-bagian  bushing  yang memancarkan sinar inframerah yang berbeda-beda intensitasnya. Semakin tinggi  suhu  suatu  bahan,  semakin  tinggi  pula  intensitas  sinar  inframerah yang dipancarkan. Dengan menggunakan kamera inframerah, pengukuran pancaran  energi  panas  pada  bushing  dikonversikan  menjadi  suatu  peta temperatur  yang  dapat  dimanfaatkan  sebagai  bahan  investigasi  lanjutan terhadap fenomena partial discharge.

Prinsip  kerja  kamera  inframerah  adalah  dengan  menangkap gelombang  inframerah  yang  diradiasikan  oleh  objek,  mengolahnya  serta menampilkan suhu dan termogram objek ukur.

Data

Permukaan bushing  yang menjadi target pendeteksian panas harus langsung terlihat pada layar kamera dan tidak terhalang oleh benda lainnya walaupun  memiliki  pancaran  radiasi  yang  cukup  sebagai  pendeteksian untuk  mendapatkan  keakuratan  data.  Media  antara  subjek  yang  diperiksa dan  kamera  sebagai  instrumen  pemeriksaan  bukan  media  vacum melainkan media normal namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan  seperti  waktu  pengambilan  yang  dapat  mempengaruhi  hasil  yang didapatkan  seperti  panasnya  matahari  yang  terlalu  tinggi  yang  dapat mempengaruhi  akibat  refleksi  sinar  matahari  pada  kamera  dan  akan memberikan gambaran temperatur yang berbeda.

Pengolahan Data

Menurut  standar  yang  dikeluarkan  oleh  ANSI  dan  IEEE  tidak terdapat  perbedaan  yang  cukup  siginifikan  antara  temperatur  yang diperbolehkan  dalam  operasi  bushing  maupun  transformator.  Standar bushing  C57.1900  menyatakan  bahwa  minyak  transformator  tidak  boleh melebihi  rata-rata  950C  dalam  waktu  24  jam.  Sedangkan  untuk  standar transformator  C57.1200  menyatakan  bahwa  suhu  rata-rata  lingkungan 300C  dan  rata-rata  kenaikan  suhu  belitan  transformator  tidak  lebih  dari 650C. Hal ini berarti bahwa suhu minyak transformator bagian atas hanya diperbolehkan  rata-rata  mencapai  suhu  950C  dan  dapat  mencapai maksimum pada suhu 1050C.

ANSI / IEEE C57.19.00-1991

1.  Suhu ambient udara tidak di atas 40°C atau dibawah -30°C

2.  Suhu  isolasi  minyak  transformator  di  mana  ujung  bawah  bushing terbenam  dan  permukaan  mounting  bushing  tidak  melebihi  rata-rata 95°C selama periode 24 jam.

ANSI / IEEE C57.12.00-1993

1.  Pendingin  suhu  udara  terbatas  ketika  berpendingin  udara,  suhu  udara pendingin  (suhu  ruang)  tidak  boleh  melebihi  40°C,  dan  suhu  udara rata-rata pendinginan untuk setiap periode 24 jam tidak boleh melebihi 30°C.

2.  Rata-rata kenaikan suhu belitan bagian atas tidak boleh melebihi 65°C ketika diuji sesuai dengan C57.12.90-1999 .

ANSI / IEEE C57.12.10-1997

1.  Batas  atas  suhu  isolasi  cair  padatransformator  harus  cocok  beroperasi pada rentang temperatur dari -20°C sampai 105°C, asalkan tingkat cair telah benar disesuaikan dengan tingkat 25°C.

Tentunya  ada  beberapa  jenis  bushing  yang  memiliki  standard kemampuan  tahanan  terhadap  suhu  yang  lebih  tinggi  sesuai  dengan spesifikasi yang diberikan.

Hasil

Hasil  scanning  dengan  menggunakan  kamera  inframerah  akan menunjukkan gambaran berupa objek yang diukur dengan tampilan dalam warna  yang  sesuai  dengan  suhu  objek.  Radiasi  inframerah  yang  dicuplik terletak  pada  rentang  panjang  gelombang  tertentu  dengan  suhu  yang terukur adalah suhu permukaan objek.

Selama  dilakukannya  scanning  terhadap  bushing,  akan  banyak ditemukan  hasil-hasil  yang  dapat  dijadikan  dasar  tindakan  yang  akan diambil selanjutya untuk perawatan maupun perbaikan. Level minyak juga dapat  dideteksi  dengan  menggunakan  infra  merah  pada  bushing transformator  karena  lilitan  transformator  menghasilkan  sumber  panas yang  dapat  memanaskan  minyak  pada  tangki  maupun  bushing transformator.  Bushing  memiliki  ruang  kosong  yang  tidak  terisi  minyak pada  bagian  atas,  sehingga  jika  panas  pada  minyak  bushing  lebih  tinggi daripada ruang kosong tersebut maka akan terlihat level minyak pada saat scanning dengan menggunakan inframerah.

Analisis Penurunan isolasi oleh Infrared

Hubungan  penuaan  (ageing)  dan  penurunan  Өkualitas  isolasi  yang berubah  terhadap  temperatur  kerja  bushing  dapat  ditunjukkan  dengan pendekatan  teori  reaksi  rata-rata  Arrhenius,  yang  menyatakan  bahwa logaritma  dari  umur  penggunaan  merupakan  fungsi  resiprokal  dari temperatur absolute (IEEE Std C57.19.100-1995) :

Log10 (hours life) =  – 14,133

dimana T merupakan temperatur absolute dala

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT (PLTPs)1. LATAR BELAKANGSalah

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT (PLTPs)

  1. 1.      LATAR BELAKANG

Salah satu potensi laut atau samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut yang menghasilkan listrik. Negra yang melakukan penelitan dan perkembangan potensi energi laut untuk menghasilkan listrik adalah inggris, Prancis, dan jepang.

Laut merupakan sumber kehidupan yang bisa memberikan manfaat tersendiri di berbagai aspek-aspek kehidupan misalnya saja kondisi pasang surut air laut yang dimafaatkan untuk membangkitkan suatu energi listrik yang besar, sehingga bisa digunakan dalam kehidupan kita yang sangat diperlukan sekali adanya listrik.

Secara umum, potensi energi laut yang dapat menghasilkan listrik dapat di bagi kedalam 3 bentuk potensi energi, yaitu ombak atau gelombang (wave energy), energi pasang surut (Tindal energy), dan hasil konversi energi panas laut(ocean thermal energy conversion).

Oleh kerena itu dengan adanya suatu ide-ide yang bisa membangkitkan suatu energi listrik sangatlah diperlukan sekali. Dalam hal ini akan dibahas masalah pembangkit tenaga listrik pasang surut baik dari alat pembangkitnya, bahan baku untuk memperlancar proses pembangkitan maupun cara kerja dari pada pembangkit sehingga bisa membangkitkan energi listrik.

  1. 2.      PASANG SURUT

Pasang-surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari. Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum gravitasi Newton menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan gaya ini tergantung pada besar massanya, serta jarak di antara massa tersebut. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Sejalan dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa meskipun massa bulan lebih kecil dari massa matahari tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih kecil, sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih besar dibanding matahari terhadap bumi. Kejadian yang sebenarnya dari gerakan pasang air laut sangat berbelit-belit,sebab gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi, angin, arus laut dan keadaan-keadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (WARDIYATMOKO & BINTARTO,1994).

Pasang-surut purnama  (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus (matahari dan bulan dalam keadaan oposisi). Pada saat itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah, karena kombinasi gaya tarik dari matahari dan bulan bekerja saling menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada saat bulan baru dan bulan purnama (full moon).  Sedangkan pasang-surut perbani  (neap tides)  terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus, yakni saat bulan membentuk sudut 90° dengan bumi. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang-surut perbani ini terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan 1/4 dan 3/4 (WARDIYATMOKO & BINTARTO, 1994).

Pasang-sumt laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang disebut surut/pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-surut atau tunggang pasut (tidal range) yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter. Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang-surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit (SETIAWAN, 2006).

Menurut WIBISONO (2005), sebenarnya hanya ada tiga tipe dasar pasang-surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu sebagai berikut:

1.  Pasang-surut tipe harian tunggal (diurnal type): yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut.

2.  Pasang-surut tipe tengah harian/ harian ganda (semi diurnal type): yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut.

3.  Pasang-surut tipe  campuran (mixed tides): yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong ke tipe harian ganda.

Tipe pasang-surut ini penting diketahui untuk studi lingkungan, mengingat bila di suatu lokasi dengan tipe pasang-surut harian tunggal atau campuran condong harian tunggal terjadi pencemaran, maka dalam waktu kurang dari 24 jam, pencemar diharapkan akan tersapu bersih dari lokasi. Namun pencemar akan pindah ke lokasi lain, bila tidak segera dilakukan clean up. Berbeda dengan lokasi dengan tipe harian ganda, atau tipe campuran condong harian ganda, maka pencemar tidak akan segera tergelontor keluar. Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang-surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang-surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Pasang-surut (pasut) di berbagai lokasi mempunyai ciri yang berbeda karena dipengaruhi oleh topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk dan sebagainya.

Di beberapa tempat, terdapat beda antara pasang tertinggi dan surut terendah (rentang pasut), bahkan di Teluk Fundy (Kanada) bisa mencapai 20 meter. Proses terjadinya pasut memang merupakan proses yang sangat kompleks, namun masih bisa diperhitungkan dan diramalkan. Pasut dapat diramalkan karena sifatnya periodik, dan untuk meramalkan pasut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasut. Ramalan pasut untuk suatu lokasi tertentu kini dapat dibuat dengan ketepatan yang cukup cermat (NONTJI, 2005).

Pasut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluruh massa air yang bisa menimbulkan energi yang besar. Di perairan pantai, terutama di teluk atau selat sempit, gerakan naik turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasut. Jika muka air bergerak naik, maka arus mengalir masuk, sedangkan pada saat muka air bergerak turun, arus mengalir ke luar. NONTJI (2005) mengatakan bahwa pengetahuan mengenai pasut sangat diperlukan dalam pembangunan pelabuhan, bangunan di pantai dan lepas pantai, serta dalam hal lain seperti pengelolaan dan budidaya di wilayah pesisir, pelayaran, peringatan dini terhadap bencana banjir air pasang, pola umum gerakan massa air dan sebagainya. Namun yang paling penting dari pasut adalah energinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik.

  1. 3.      PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT (PLTPs)

Pembanglit listrik tenagan pasang surut pada dasarnya ada dua metode untuk memanfaatkan energi pasang surut, yaitu Dam Pasang Surut (Tindal Barrages) dan Turbin Lepas Pantai ( Offshore Turbines).

  1. Dam Pasang Surut (Tindal Barrages)

Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut ini merupakan pembangkit yang menggunakan metode pembuatan dam pada hulu sungai yang berbuara ke laut yang memanfaatkan pasang surut air laut sehingga dapat menggerakan turbin dan generator. Pada metode ini merupakan penemuan pembangkit listrik terbarukan yang akan di jelaskan oleh penulis dibawah ini.

  1. Turbin Lepas Pantai ( Offshore Turbines).

Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya dibandingkan metode pertama yaitu: lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil daripada pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat.

Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin lepas pantai adalah: Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris. Gambar hasil rekaan tiga dimensi dari ketiga jenis turbin tersebut ditampilkan dalam gambar 1.